Sepenggal Kisah Kehidupan Tarwidi Nelayan Kronjo; Puluhan Kali harus Hadapi Perompak
Bagian 1 Liputan Khusus Hari Nelayan Nasional
TANGERANG, INFOTERBIT.COM Tarwidi (52) adalah nelayan tradisional yang tinggal di Pesisir Kronjo Kabupaten Tangerang, Banten.
Pria yang telah 30 tahun menghabiskan hidupnya ditengah laut itu menahkodai kapal Cornelia miliknya yang berkapasitas 30 GT (gross tonnage).
Kepada Infoterbit.com, Tarwidi atau yang akrab disapa Gondrong mengaku sudah sejak tahun 1995 jadi nelayan. "Lulus sekolah saya langsung ikut orang jadi anak buah kapal. Dulu ikut kapal kecil, 3-5 GT, Alhamdulillah sekarang sudah punya kapal sendiri," ujar pria asal Brebes Jawa Tengah ini.
Suka-duka selama 30 tahun menjadi nelayan sudah dialami oleh Tarwidi Gondrong. Dia menceritakan, selain berkali-kali harus menghadapi badai saat melaut, Tarwidi dan ABK (anak buah kapal)-nya juga telah puluhan kali menghadapi perompak.
Badai terakhir dialami dirinya pada akhir bulan Desember 2024. Lambung kapal Cornelia miliknya pecah dihantam badai di sekitar Kepulauan Seribu Jakarta. Tarwidi bersama 10 ABK selamat setelah sempat dievakuasi oleh pasukan TNI AL ke Pulau Pabelokan.
Kisah lain yang menyedihkan, selama 30 tahun melaut, sudah puluhan kali Tarwidi Gondrong harus meghadapi perompak (gerombolan yang menjarah barang berharga di kapal, red). Mereka biasanya datang mendadak, baik siang maupun malam. Lalu naik kapal nelayan dan menjarah perbekalan dan ikan hasil tangkapan nelayan.
"Kalau perompak sudah datang dan naik kapal kami, ya biasanya hanya pasrah saja. Mau melawan juga tidak mungkin karena mereka membawa senjata tajam dan senjata api rakitan," kata Tarwidi saat ditemui Infoterbit.com di Pelabuhan Kronjo, Rabu 9 April 2025.
Pernah suatu ketika, saat kawanan perompak datang, salah satu ABK-nya hendak melawan. Salah satu perompak langsung menghajar ABK hingga babak belur.
"Sejak itu, kalau perompak datang, kami tidak melawan. Mau tidak mau mengikuti apa yang diinginkan mereka. Biasanya mereka saya ajak ngobrol baik-baik, dari hati ke hati. Saya bilang, kalau mau ambil perbekalan atau barang-barang lain, jangan diambil semua, kasihan kami karena kami melaut ini untuk cari nafkah keluarga," katanya.
Setelah itu biasanya para perompak memahami dan hanya mengambil barang-barang seperlunya lalu pergi dengan kapal mereka.
Menurut Tarwidi Gondrong, nelayan adalah pekerjaan yang berat. Setiap melaut, dia bisa menghabiskan waktu selama minimal 15 hari ditengah laut. "Kalau hasil tangkapan masih sedikit, kadang sampai 20 hari di laut," ungkapnya.
Untuk berangkat melaut, Tarwidi selaku nahkoda kapal harus menyiapkan logistik perbekalan yang nilainya tidak sedikit. "Sekali melaut harus menyiapkan uang antara Rp80-90 juta untuk beli solar, oli, sembako, es batu, air bersih hingga berbagai keperluan lain, yang dipakai selama ditengah laut," katanya.
Lalu bagaimana hasil tangkapannya? Menurut Tarwidi hal ini tergantung musim. Kalau musim angin barat, pendapatan hasil tangkap bisa mencapai Rp100 juta lebih. "Sedangkan saat musim angin timur, pendapatan berkurang, kadang impas dengan modal, bahkan tak jarang rugi," ujarnya. (bersambung)
Ananta/TiMS