(OPINI) Kidung Sunyi Anak-anak Pekerja Migran, Siapa yang Peduli?
Oleh: Ananta
Founder Terbit Media Sindikasi/InfoTerbit Grup
DITENGAH minimnya kepedulian terhadap anak-anak yang ditinggal orang tuanya kerja di luar negeri, media online InfoTerbit.com dan InfoKemiri.com secara swadaya menggulirkan program "Peduli Anak Pekerja Migran" sejak bulan Mei 2021.
Sejumlah agenda yang sudah dilaksanakan diantaranya pembuatan Saung Edukasi dan Bermain bernama "Saung Sayang Ibu" untuk anak-anak Pekerja Migran di Kp. Kemiri Lio, Desa/Kec. Kemiri, Kab. Tangerang.
Saung yang berlokasi di Wisata Desa River Park ini murni dibangun dari hasil swadaya awak Redaksi Media Online InfoTerbit.com dan InfoKemiri.com.
Kenapa namanya Saung Sayang Ibu? Kami ingin agar anak-anak tetap sayang dan cinta kepada sosok seorang ibu, meski ibu mereka jauh di negeri orang, menjadi pekerja migran.
Selain membuat Saung, para Relawan Anak Pekerja Migran ini juga telah melaksanakan program lain yakni pemberian bingkisan lebaran untuk 100 anak pekerja migran di Desa Kemiri, Desa Klebet dan Desa Lontar Kec. Kemiri pada Rabu (12/5/2021).
Kemudian pada Jumat (22/5/2021), tim relawan dari InfoTerbit.com dan InfoKemiri.com kembali melaksanakan baksos untuk anak-anak pekerja migran dengan membagikan 100 nasi kotak dan masker di Desa/Kec. Kemiri.
Lalu pada Jumat (28/5/2021), tim relawan berbagi sembako untuk keluarga pekerja migran di Desa Jenggot, Kec. Mekar Baru, Kab. Tangerang.
Tim InfoTerbit.com dan InfoKemiri.com pada Jumat (22/5/2021), melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan pemberian vitamin bagi anak-anak pekerja migran di Desa/Kec. Kemiri. Dalam kegiatan ini, tim bekerjasama dengan Bidan Puskesmas Kemiri.
Anak Pekerja Migran Minim Perhatian
Dari penelusuran yang dilakukan oleh Tim Redaksi InfoTerbit.com dan InfoKemiri.com periode April-Mei 2021 di Desa Kemiri, Kec. Kemiri, Kab. Tangerang ditemukan sejumlah fakta.
Mayoritas anak-anak yang ditinggal orang tuanya (terutama ibu, red) bekerja di luar negeri minim perhatian. Umumnya mereka tinggal bersama kakek/nenek, karena ditemukan sebagian besar wanita pekerja migran itu telah berpisah/bercerai dengan suaminya.
Sehingga, anak-anak mereka dalam keseharian hanya diasuh oleh kakek/nenek. Apalagi, pasca perceraian, ayah mereka jarang menengok anak-anak pekerja migran itu.
Ironis memang. Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan pencarian jati diri (usia emas) yang seharusnya didampingi oleh ayah dan ibu mereka, justru harus kehilangan sosok panutan, meski untuk sementara waktu. Akibatnya, anak pekerja migran sering kali ditempatkan pada kualitas hidup yang minimal.
Beban emosional yang dirasakan oleh anak TKI lebih besar. Terlebih bagi anak-anak yang ditinggalkan oleh ibu-ibu mereka. Mengingat ibu adalah sosok yang paling lekat pada anak-anak yang tak tergantikan, perkembangan mental anak sedikit banyak dipengaruhi oleh ibunya (Al-Buhori dalam Candrasari 2012: 6).
Anak-anak Pekerja Migran, Anak Kita
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2012 pasal 26 ayat 1 disebutkan bahwa kewajiban orang tua terhadap anak adalah mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak, menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya, serta mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Tapi jika salah satu dari orang tua bekerja di luar negeri, maka anak-anak mereka menjadi kehilangan hak untuk diasuh dan mendapat perlindungan.
Akademisi Chania R Santoso dalam sebuah diskusi ringan mengatakan, peran orang tua dalam pertumbuhan anak sangat penting dan hal ini tak bisa tergantikan oleh orang tua asuh atau wali.
Seperti kasus, ibu menjadi pekerja migran lalu anak tinggal bersama ayah. Namun ayah tidak akan sanggup menggantikan peran ibu dalam pola pengasuhan, karena biasanya seorang ibu lebih telaten dan lebih teliti dalam mengamati perkembangan anak-anaknya.
Banyak penelitian yang menunjukkan efek negatif yang ditimbulkan akibat kurangnya peran orang tua yang menjadi pekerja migran.
Mereka memiliki perkembangan psikososial yang kurang baik, beban emosional yang besar, penurunan prestasi atau perkembangan yang tidak jauh meningkat, tidak memiliki banyak teman dan/atau teman akrab, dan lain sebagainya.
Bercermin dari berbagai hal itu, anak-anak para pekerja migran perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, komunitas/lembaga, dan masyarakat.
Anak-anak pekerja migran harus mendapatkan haknya secara layak: belajar, bermain dan berkreatifitas. Mereka perlu dibekali aktifitas positif dan dorongan motivasi yang tidak mereka dapat dari orang tuanya yang bekerja di luar negeri.
Anak-anak pekerja migran, "anak kita" juga. Yang sudah selayaknya juga menjadi bagian dari kewajiban kita untuk mendidik dan membentuk karakternya agar tumbuh berkembang menjadi sosok yang berakhlak, berilmu dan mandiri.
Saung Anak Pekerja Migran yang didirikan oleh InfoTerbit.com dan InfoKemiri.com adalah upaya sederhana yang kami lakukan untuk turut berperan dalam pembinaan anak-anak pekerja migran.
Jangkauannya pun baru sebatas 100 anak di satu kecamatan yakni Kecamatan Kemiri, Kab. Tangerang.
Ke depan, tentu kami ingin bisa berbuat lebih besar lagi dengan membangun saung-saung serupa di wilayah-wilayah lain yang merupakan kantung-kantung pekerja migran.
Tak hanya menjadi wahana belajar dan bermain, Saung yang didirikan ini kami harapkan mampu rutin membantu anak-anak pekerja migran dalam berbagai hal. Seperti pemeriksaan kesehatan, layanan psikologi, wahana kreatifitas dan melatih karakter dan kemandirian anak-anak pekerja migran.
Saung ini kami harapkan juga menjadi "rumah kedua" bagi anak-anak pekerja migran. Dimana mereka dapat menceritakan atau berkonsultasi apapun permasalahan yang dihadapi sehingga anak-anak pekerja migran dapat tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang berakhlak, berilmu dan mandiri.
Semoga.
Tangerang, Sabtu 29 Mei 2021
0 Comments: