Headlines
Loading...


Catatan Ananta

Founder Terbit Media Sindikasi/InfoTerbit Grup


Saat mengikuti nelayan sero memanen ikan di Perairan Laut Kronjo, Tangerang, kami menemukan Belangkas, hewan laut purba yang dilindungi. Ternyata, selama ini belangkas sangat berjasa dalam dunia kesehatan di dunia.


PERJALANAN saya menyusuri Perairan Laut Kronjo (sekitar Pulau Cangkir sampai Selatip Lontar Kemiri) cukup mengasyikan.

Bersama para nelayan, saya dan beberapa rekan redaksi naik kapal motor kecil untuk memanen ikan ditengah laut. Para nelayan ini adalah nelayan tradisional yang biasa menangkap ikan memakai jaring sero.

Nah, saat mengangkat jaring itulah, keseruan terjadi. Kami menemukan hewan laut belangkas dua ekor. Jantan dan betina.

Hewan ini seperti yang pernah kami temukan sebelumnya di Perairan Kronjo lainnya (Pantai Pasir Putih). Bedanya, yang kami temukan di Pasir Putih sudah dalam kondisi mati. Sedangkan di sini masih dalam kondisi hidup.

Anda tahu belangkas? Inilah hewan laut purba yang masih hidup sampai saat ini. 

Dari berbagai sumber saya dapatkan penjelasan, hewan banyak mata--bisa sampai 10 mata ini, sudah ada sejak 450 tahun yang lalu, bahkan sebelum zaman dinosaurus. 


Belangkas juga punya banyak julukan. Biota laut ini termasuk famili Limulidae. Banyak yang menyebutnya juga kepiting tapal kuda. Di jawa disebut mimi mintua. Mimi adalah sebutan untuk belangkas jantan, dan mintuno untuk betina. Lalu, ada juga yang menyebutnya kepiting ladam.

Secara fisik, belangkas memang mirip kepiting. Cangkangnya keras. Padahal, ia bukan masuk famili kepiting. Hewan laut ini justru termasuk dalam kerabat kalajengking dan tungau, tapi hidup di laut.

Belangkas juga menjadi simbol cinta abadi. Maka orang Jawa menyebutnya mimi dan mintuno. Sebab, saat ditemukan nelayan, rata-rata belangkas ini selalu bergandengan jantan dan betina, seolah tak terlepaskan.

Yang betina bentuknya lebih besar dan bagian bawah tubuhnya berfungsi menyimpan telur. Sedangkan yang jantan bentuknya lebih kecil. 

Ada cerita berkembang di masyarakat, untuk mengolah belangkas menjadi makanan pun, mimi dan mintuno ini harus disatukan. Konon, jika diolah terpisah, maka olahan belangkas ini akan mengeluarkan racun hingga membahayakan keselamatan jiwa si pemakannya. 

Tapi, Anda tidak boleh menangkap belangkas sembarangan. Sebab, biota laut ini termasuk jenis hewan dilindungi. Hal ini berdasarkan SK Menhut No: 12/Kpts/II/1987.

Meski sudah ada larangan, tapi tetap saja banyak pihak-pihak tak bertanggung jawab menangkapi lalu diselundupkan.

Seperti beberapa waktu lalu, dilakukan penangkapan penyelundup belangkas di Sumatera Utara dan Perairan Aceh Timur dan Aceh Tamiang.

Satwa unik ini marak diselundupkan karena harga jualnya yang mahal.


Darahnya yang berwarna biru, selama ini berperan penting bagi dunia kesehatan. Fungsinya untuk mengetes vaksin baru, apakah aman bagi manusia atau tidak. Maka hewan ini pun kerap mendapat julukan "Pahlawan Vaksin Dunia"

Sejak tahun 1970, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat bahkan mewajibkan seluruh obat dan vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat lewat suntikan harus dites memakai darah belangkas.

Selain itu, belangkas juga menjaga lingkungan. Binatang laut ini termasuk jenis omnivora dan scavenger, yakni pemakan segala dan pemakan bangkai. Maka belangkas termasuk sebagai salah satu hewan pengurai sampah di laut. 

Sayangnya, populasi hewan ini kian menurun akibat penangkapan yang dilakukan secara ilegal dan besar-besaran. 

Sementara, perkembangbiakan hewan yang bisa berenang terbalik ini boleh dibilang lambat. Belangkas baru memasuki musim kawin saat berusia 9 tahun. Dari rata-rata 120 ribu telur yang dihasilkan, hanya sedikit yang dapat tumbuh berkembang.

Untuk itu, mari kita jaga kelestariannya. Hindari kepunahannya. Stop perburuan ilegal belangkas.

Sebelum pulang, kami melepas dua ekor belangkas itu kembali ke habitatnya di lautan. Biarkan mereka hidup, berkembang biak dan tetap lestari. Mengingat pentingnya fungsi biota laut ini bagi dunia kesehatan. (Habis)


0 Comments: