Headlines
Loading...


Catatan Ananta

Founder Terbit Media Sindikasi/InfoTerbit Grup


SENIN sore, 24 Mei 2021. Waktu menunjukkan pukul 16.00 Wib.


Di kanal perairan laut Kronjo, Udin dan Said terlihat sedang bersiap-siap menuju tengah laut. Mengambil ikan di bagan yang jaringnya dipasang tadi pagi.


Keduanya adalah nelayan sero, nelayan yang masih tetap mempertahankan alat tradisional untuk menangkap ikan. Udin dan Said mewarisi tradisi turun-temurun. 


Tapi alasan lain karena ketidakmampuan membeli alat tangkap ikan yang lebih modern dan canggih.



Berbekal perahu mesin kecil sederhana, keduanya sore itu pun menuju tengah laut perairan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Satu kotak wadah ikan dari styrofoam tak ketinggalan dibawa. 


"Sehari dua kali mengambil ikan, pagi dan sore," kata Udin di sela-sela perjalanan. Sementara Said yang menyopiri, menjadi "nahkoda" kapal itu.


Dari daratan Pulau Cangkir Kronjo hingga sampai ke bagan jaring sero milik keduanya, butuh waktu 20 menit. 


Sore itu laut cukup tenang. Cuaca cerah dan angin pun tak terlalu berhembus kencang. Tapi karena naik kapal kecil, tetap saja ombak laut mengguncang lumayan hebat sampan itu.


Sesampai di lokasi, Said segera menepikan kapal yang dikemudikan, lalu menambatkan tali kapal ke salah satu tiang bagan yang terbuat dari bambu.



Bagan adalah alat bantu menangkap ikan sederhana yang terbuat dari bambu. Di bawah bagan itulah jaring sero dipasang sebagai perangkap ikan. 


"Untuk membuat bagan dan membeli jaring serta ongkos pengerjaan, saya mengeluarkan modal Rp7 juta," kata Udin, warga asli Kronjo.


Jaring sero dipasang memanjang dan melingkar, mulai dari bawah bagan hingga sekitar 15 meter. Tiangnya terbuat dari bambu yang ditancapkan ke dalam air laut kedalaman 6-7 meter.


Di titik paling ujung, jaring dipasang untuk membatasi ikan atau mempersempit area ikan berenang. Semakin menuju ke arah bagan, jaring terpasang dan diarahkan agar ikan-ikan itu masuk dalam perangkap jaring yang dipasang di bawah bagan.


Ikan-ikan yang sudah masuk jaring sero akan kesulitan untuk keluar lagi. Itulah yang akan menjadi hasil panenan Udin dan Said.


Butuh keahlian khusus menjadi nelayan jaring sero. Tak hanya saat memasang jaringnya, tapi saat menentukan lokasi yang diperkirakan sehari-harinyabbanyak ikan berkumpul, tentu bukan hal mudah.


***



Dari kapal yang sudah disandarkan oleh Said, Udin bergegas melompat ke bagan. Menyusul kemudian Said. Mereka melepasi seluruh bagian jaring sero. Lalu mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan mereka ke wadah kotak styrofoam yang sudah disiapkan.


"Lumayan lah, Kang. Kalau manen sore gini memang dapatnya cuma sekotak, tapi kalau pagi bisa dapat dua kotak. Bahkan kalau lagi musim ikan sehari bisa sampai dapat dua kuintal," kata Udin yang sehari-hari menyopiri kapal antar jemput para pemancing di laut. (Bersambung)





0 Comments: